Jihad - MAP

● Harga: Rp. 30.000
● Rabat: 20 %
● Oleh: Gamal al-Banna
● Judul Asli: Al-Jihaad
● Penerjemah: Tim MataAir Publishing
● Penerbit: MataAir Publishing, Jakarta
● Binding: Soft Cover
● Kertas, Isi: HVS, xxvi + 199 hlm
● Ukuran: 144 x 21 mm
● Berat: 260 gr
● Tahun: 2006
● ISBN: 979-25-1533-x
● Judul: Jihad

Keterangan

Resensi Buku "JIHAD" Karya Gamal Al Banna

Mata Air Publishing kembali menerbitkan buku karya seorang intelektual Mesir terkemuka Gamal Al Banna -adik kandung Hasan Al Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin-, berjudul "JIHAD". Berikut resensi buku tersebut.

Rekonstruksi Pemaknaan "Jihad"

Masih terpatri dalam ingatan kita bahwa peristiwa ambruknya gedung kembar WTC (World Trade Center) di Amerika pada 11 September 2001 menjadi bukti sejarah dunia yang menyulut konflik dan pergesekan paham keagamaan. Peristiwa ini dianggap sebagai aksi teror yang mengancam keberlangsungan peradaban dunia. Pasca peristiwa 11/09, isu terorisme terus digelembungkan Amerika dan sekutunya sebagai isu global yang wajib diperangi.

Peristiwa teror ini dan rentetan peristiwa peledakan bom di beberapa negara tidak hanya menimbulkan dampak politik, keamanan, dan ekonomi, tapi juga dampak keagamaan, budaya, dan peradaban. Kerugian tidak hanya tewasnya ribuan orang tak berdosa, sedihnya keluarga dan kerabat yang ditinggalkan, hancurnya gedung, dan hilangnya pekerjaan jutaan pegawai, tapi juga merebaknya pelecehan dan sentimen anti-Arab dan anti-Islam di negara-negara Barat dan Eropa, serta anti-Amerika, anti-Barat, dan anti-Kristen di negara-negara berpenduduk Muslim.

Bahasa-bahasa keagamaan seperti jihad dan kafir pun diangkat sebagian umat beragama. Osama bin Laden sendiri membuat pernyataan tertulis yang menunjuk Amerika, Kristen, Yahudi, dan sekutu-sekutunya sebagai musuh Islam, dan menyerukan umat Islam untuk "berjihad". Di pihak lain, di media massa Barat, citra Islam sebagai agama teroris hingga kini belumlah surut, masih saja bernada peyoratif dan negatif, bahwa Islam membenarkan terorisme.

Peristiwa 11/09 yang berakhir dengan lahirnya sentimen terhadap agama tertentu dapat dikategorikan sebagai pemicu tindakan intolerant. Dari sudut pandang peta global pasca 11/09, barangkali menjadi penting untuk direnungi kebenaran tesis Samuel P. Huntington tentang The clash of Civilizations (Benturan Antarperadaban). Menurut Huntington, Orang-orang selalu membagi manusia ke dalam "dunia kami" dan "dunia mereka". Seperti telah dilakukan para sarjana yang membagi dunia ke dalam Timur dan Barat, Utara dan Selatan, pusat dan pinggir.

Begitu juga dengan umat Islam, secara tradisional membagi dunia ke dalam Dar al-Islam dan Dar al-Harb, tempat tinggal kedamaian dan wilayah perang. Pengertian ini terefleksikan-melalui sebuah pengertian yang menunjukkan kebalikannya-pada akhir Perang Dingin oleh sarjana-sarjana Amerika yang membagi dunia ke dalam "zona perdamaian" dan "zona pertempuran".

Kalau kita benar-benar menyimak secara seksama atas fenomena dunia pasca 11/09 tersebut, dunia saat ini seolah bukan lagi sebagai ladang subur dan tempat persemaian cita-cita perdamaian umat manusia. Sementara itu, sentimen agama yang membawa semangat jihad bagai obor api yang terus menyala.

Kiranya perlu kita refleksikan kembali tindakan sebagian umat Muslim sebagaimana tindakan kelompok ekstrimis Osama bin Laden berjihad memerangi Barat dan sekutunya. Pemahaman mereka tentang jihad harus diluruskan perspektifnya. Di tengah-tengah isu global yang membawa sentimen agama ini, karya Gamal al-Banna "Jihad" dapat diketengahkan sebagai upaya meluruskan pemaknaan "jihad" dalam bingkai Islam yang harus dipahami umat Islam secara benar.

Menurut al-Banna, faktor paling utama terhadap kesalahpahaman makna "jihad" adalah disebabkan oleh rancunya pemahaman antara jihad dan qital yang diletakkan ke dalam satu bingkai pemahaman, bahkan sebagian di antara mereka menganggap bahwa jihad adalah qital. Padahal, antara jihad dengan qital jelas berbeda maknanya. Makna jihad menunjukkan kandungan tertentu yang memiliki pengertian sebagai sebuah alat atau tujuan yang bisa menghantarkan pada tujuan ibadah, yaitu kebebasan berakidah dan kebebasan diri. Sementara qital yang berarti "pembunuhan" merupakan perbuatan menumpahkan darah, menyia-nyiakan hidup, dan mempecundangi orang lain.

Saya menangkap bahwa jihad yang dimaksud oleh al-Banna adalah sebagai manifestasi dari ritus ibadah yang menyandarkan seluruh sikap dan tindakannya pada al-Qur'an dan al-Sunnah. Misalnya, peneguhan prinsip Islam dalam menjalankan amar ma'ruf nahi munkar, dakwah Islamiyah melalui mauidhah khasanah, dan amalan-amalan shaleh lainnya. Al-Banna sendiri menegaskan hal ini dengan menjadikan kehidupan dunia dan akhirat sebagai dua pola hidup yang sinergis. Artinya, Islam meski menjadikan hidup di dunia sebagai sarana menuju kepada kehidupan akhirat.

Sementara itu, qital yang dianggap sebagai sesuatu yang "seram" dapat dilakukan hanya jika benar-benar dipergunakan sebagai bentuk perlawanan terhadap musuh yang hendak menyerang Islam. Jika tujuannya seperti ini, qital dipandang sebagai sesuatu yang baik. Dalam konteks inilah, misalnya tindakan Osama bin Laden, dapat dibenarkan. Namun, jika qital dipergunakan tidak pada tujuan sebagaimana pengertian qital di atas, maka tindakan tersebut tidak diperbolehkan.

Secara generik, al-Banna dalam karyanya ini menyampaikan pesannya bahwa Islam adalah agama kedamaian, dan peperangan bukanlah internalisasi dari sikap Islam yang sebenarnya. Kalau pun peperangan tidak dapat dihindari, maka sebaiknya diselesaikan dengan cara diplomasi, bukan dengan agresi militer. Perang dapat dibenarkan hanya jika ia menjadi pilihan yang paling terkahir dan mendesak.

Reinterpretasi al-Banna terhadap makna jihad ini harus kita posisikan dalam konteks paham pluralisme atau kemajemukan. Konsekuensi logis dari paham pluralisme adalah lahirnya semangat menjunjung tinggi kemanusiaan. Akan tetapi, karya al-Banna ini akan dipersalahkan jika dipahami secara eksklusif. Dengan kata lain, paham eksklusif yang sempit akan menganggap bahwa di luar keyakinan agamanya adalah musuh yang harus diperangi, dan menganggap tidak ada perbedaan pengertian antara jihad dengan qital.

Buku karya seorang aktivis ihwanul muslimin yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini pantas untuk dihadirkan bagi mereka yang menghendaki perdamaian. Disisi lain, meski penyampaian buku ini disajikan secara ringan, tetapi secara umum penyampaiannya agak bertele-tele sehingga menangkap ide utama dan substansinya susah didapatkan. (Miftahul Arief, Mahasiswa Universitas Paramadina, aktif di Komunitas MataAir)

Sumber: Resensi Buku "JIHAD" Karya Gamal Al Banna

Daftar Isi

Kata Pengantar Prof Dr Nasaruddin Umar MA

Mukaddimah

Bagian I Jihad

  • Bab I Jihad dalam Islam
  • Bab II Undang2 Jihad Masa kini

Bagian II Qital Dalam Islam

  1. Bab III Kondisi saat ayat2 Al-Quran diturunkan
  2. Bab IV Ayat2 Qital dalam al-Quran
  3. Bab V Jihad dalam pandangan Sunnah dan Fiqih
  4. Bab VI Qital demi Jalan Ideal tertinggi
  5. Bab VII Impian yang mustahil

Penutup Jihad yang tepat untuk masa kini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fathur Rahman li Thalibi Ayatil-Qur'an

Sebuah Perjalanan--BPu

Kungkung si Katak Kecil--BPu