Riyadhus Shalihin - KTP

• Harga : Rp. 79.000
• Rabat : 20 %
• Oleh: Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi
• Penerbit: Karya Toha Putra, Semarang
• Cover: Hard - linen
• Isi: HVS, 704 hlm
• Ukuran: 145 x 210 mm
• Berat: 750 g
• Bahasa: Arab
• Script: Arab


Keterangan

Kitab Riyadus Shalihin adalah sebuah kitab yang sangat masyhur dalam dunia Islam. Kitab ini telah dijadikan pegangan selama ratusan tahun bagi para ulama, pelajar dan penuntut ilmu agama di belahan dunia. Di Indonesia sendiri kitab Riyadus Shalihin ini merupakan salah satu ‘kitab wajib’ bagi seluruh pesantren.

Pengarang kitab Riyadus Shalihin adalah Al Imam Al ‘Alamah al Muhaddits, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an Nawawi ad Dimasqi as Syafi’i, beliau dikenal sebagai ulama paling ‘alim pada zamannya, zuhud dan wara’, serta kuat beramal sholeh. Dilahirkan di sebuah desa bernama Nawa dekat Damsyik, Suriah pada tahun 631 H. Beliau mulai menuntut ilmu di sebuah sekolah agama milik Habbatullah bin Muhammad Al Anshori yang terkenal dengan sebutan Ibnu Rawahah. Madrasah itu bernama Madrasah Ar Rawahiyyah. Imam Nawawi belajar di Madrasah ini mulai tahun 649 H, saat berusia delapan belas tahun, kemudian melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Darul Hadits di Madrasah Usruniah. Beliau wafat di desanya sendiri yaitu desa Nawa, Damsyik, Suriah, pada tahun 676 H pada usia 45 tahun. Meskipun beliau belum sempat menikah seumur hidupnya, namun sebagai penghormatan, kaum muslimin tetap menggelarinya ‘Abu Zakaria’, yang menggambarkan seolah-olah beliau pernah memiliki seorang putra.

Riyadus Shalihin yang diartikan sebagai pelatihan orang-orang shalih, dibahas menjadi 19 kitab yang terbagi atas 372 Bab dan menyertakan sebanyak 1900 hadis. Dalam metode penulisannya, Imam Nawawi mengemukakan ayat-ayat Qur’an sebagai dalil utama untuk menguatkan dalil penyokong atas kitab yang akan dibahas, kemudian baru menyertakan dalil-dalil hadis sebagai penjabaran atas bab-bab yang dibahas tersebut.

Di dalam mukaddimah kitabnya, Imam Nawawi mengatakan bahwa kitabnya itu mengandung hadis-hadis yang beliau kutip dari Kutubussittah (enam kitab utama), yaitu kitab hadis yang paling utama dalam Islam. Dan secara tegas dikatakan bahwa beliau hanya mengutip hadis-hadis yang shahih dari kitab-kitab yang masyhur itu. Dengan demikian tidak akan ada satu hadis dho’if pun yang dimasukkan ke dalam kitab ini. Dalam hal ini, para ulama se-dunia selama ratusan tahun sudah membuktikan kebenaran ucapan Imam Nawawi itu. Selanjutnya, dalam perjalanan sejarah, kitab Riyadus Shalihin terbukti telah berhasil membantu para ulama untuk membentuk murid-murid mereka di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah, atau pada majelis-majelis ta’lim di masjid-masjid di seluruh Indonesia.

Syaikh Muhamamd bin Allan as-Shiddiqi as-Syafi’i al-Asy’ari al-Makki, seorang ulama Hijaz yang wafat pada tahun 1057 H telah pula mensyarahkan kitab Riyadus Shalihin Imam Nawawi ini ke dalam sebuah kitab yang berjudul Dalilul Falihin Li Thariqi Riyadis Shalihin sebanyak 4 jilid tebal. Kitab Syarah Riyadus Shalihin ini juga sangat terkenal di sisi para ulama ahlusssunnah wal jama’ah di dunia Islam, khususnya bagi para ulama dan santri di tanah air Indonesia.

Latar Belakang Pandangan

Imam Nawawi Rahimahullah adalah seorang ulama besar dalam fiqih mazhab Syafi’i yang telah mencapai derajat yang tinggi yaitu mujtahid fatwa. Seluruh pembahasan yang menyentuh masalah fiqih dalam kitab ini pasti selaras dengan tuntunan syariat dalam mazhab Syafi’i pula. Sedangkan dalam pemahaman aqidah, beliau dikenal sebagai ulama Ahlussunnah wal Jama’ah Al Asy’ariyah. Tidak heran jika dalam pembahasan masalah aqidah, beliau selalu berpegang teguh pada mazhab ahlusunnah wal jama’ah yang melatar belakangi pendidikan serta faham beliau semasa hidupnya.

Sebagaimana dimaklumi, akidah ahlussunnah wal jama’ah al Asy’ariyah senantiasa mengamalkan ta’wil atas sifat-sifat Allah yang mutasyabihat kepada sifat-sifat Allah yang muhkamat. Sebagai contoh jika bertemu dengan ungkapan “Tangan Allah”, akan dita’wil menjadi “Kuasa Allah”, “Muka Allah” dita’wil dengan “Zat Allah”. Ini dimaksudkan agar terhindar dari faham Mujassimah, yang menggambarkan seolah-olah Allah punya jasad, mirip dengan makhluk-Nya. Sedangkan ungkapan “Allah Turun” dita’wil menjadi “Allah menurunkan rahmat-Nya”, Allah “duduk” menjadi “Allah berkuasa”, dan lain-lain sebagainya. Beliau menghindari faham yang menyerupakan Allah dengan sifat makhluk seperti: “duduk”, “naik”, “turun”, ‘bertempat tinggal pada tempat tertentu’, ‘tertawa’, dan lain-lain. Ta’wil yang beliau lakukan ini sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan hadis-hadis shahih yang muhkamat, agar terhindar dari kemiripan dengan faham Musyabbihah, yang memahamkan Allah itu mempunyai sifat mirip dengan makhluk-Nya.

Untuk pembahasan masalah fiqih, yakni yang berkaitan dengan masalah hukum ahkam agama, beliau dengan mantap berpegang teguh kepada mazhab Syafi’i. Itulah mungkin yang menjadi salah satu penyebab kenapa kitab Riyadus Shalihin ini sangat populer di Indonesia, di mana memang hampir seratus persen kaum muslimin Indonesia telah menganut mazhab Syafi’i selama ribuan tahun.

Pembahasan Isi Kitab

Diawali dengan ‘kitab Ikhlas’, beliau membuka dengan manis kitab Riyadus Shalihin itu dengan menyertakan ayat-ayat Qur’an yang mendukung pembahasan kitab ikhlas tersebut. Hampir seluruh isi kitab ini mengandung ruh akan dorongan menghambakan diri kepada Allah serta ‘memupuk’ amal shalih. Mayoritas isi pada kitab-kitab awal adalah mengenai masalah hati dan kebersihan jiwa. Seperti masalah ikhlas niat, taubat, sabar, shiddiq, murraqabah, yaqin, tawakal, istiqamah, mujahadah, hemat, rajin, zuhud, qana’ah, dermawan, tolong-menolong, nasehat, amar ma’ruf-nahi mungkar, amanat, dan menghindari kezaliman.

Pada bagian berikutnya beliau menekankan kepada masalah muamalat mu’asyarah, yakni masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia bermasyarakat sebagai makhluk sosial, seperti: mendamaikan manusia, berbelas kasih pada anak yatim, orang miskin, menjaga hak wanita, hak suami dan istri, belanja keluarga, hak-hak tetangga, orang tua, anak dan keluarga, menghormati ulama, kaum kerabat, orang-orang sholeh dan lain-lain.

Pada pembahasan masalah moral dan adab, beliau menekankan juga tentang perihal keadilan, hubungan antara rakyat dan pemimpin, menjaga adab kesopanan terhadap orang hidup maupun orang mati, sampai adab-adab pribadi untuk diamalkan sehari-hari, tidak luput dari pembahasan beliau. Sedemikian lengkapnya, sehingga urusan pribadi umat dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, secara ‘manis’ dan rapi beliau bahas satu persatu.

Dalam masalah syariat, secara panjang lebar beliau membahas pula hukum-hukum dalam berbagai masalah; mulai dari masalah berpakaian, wudhu, sholat-sholat wajib, sholat-sholat sunat, puasa sunat, ziarah kubur, sumpah, jual-beli, dan lain-lain dengan menyertakan adab-adab dan kesempurnaan amal, lengkap dengan fadhilah amal, sehingga tidak monoton membahas masalah pokok fiqihnya saja. Pembahasan kitab ini diakhiri dengan indah pada Bab Istighfar, mulai dari dalil perintah beristighfar sampai kelebihan orang-orang yang beristighfar.

Sumber : http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fathur Rahman li Thalibi Ayatil-Qur'an

Sebuah Perjalanan--BPu

Kungkung si Katak Kecil--BPu